Pohon Jurusan Fisika
Pohon Jurusan Fisika - 29/10/2013 |
Saya mengira pohon ini banyak di pilih hanya sekedar memiliki nilai estetika kerapian dan sangat gampang untuk dirawat, hanya perlu dipangkas ujungnya yang menjulang jika ditakutkan mengganggu kabel tiang listrik. Setelah saya membaca berbagai sumber, pohon ini termasuk dalam tumbuhan evergreen yang dapat mengurangi polusi suara. Akarnya pun tidak menjalar secara ekstensif sehingga tidak menghancurkan struktur jalan, trotoar, dan bangunan disekitarnya. Pohon yang sangat efisien dan cocok berada di sekitaran jurusan.
Karena ini pertama kalinya saya sketch life tentunya sangat banyak gangguan sehingga saya meminimalisir dengan menskets diwaktu sore dimana hanya segelintir mahasiswa praktikum yang masih dijurusan. Tapi, tetap saja ada gangguan padahal saya sudah bersembunyi di balik tembok. Ada yang sekedar menyapa dan berteriak ditempat bertanya apa yang saya lakukan, hal-hal ini masih bisa teratasi. Kemudian datanglah senior yang rasa keingintahuannya tinggi memecah konsentrasi saya. Setiap pertanyaannya saya menjawab hingga sampai mempertanyakan jurusan fisika yang saya pilih. Saya lupa jawaban apa yang terlontar tapi dengan tenang saya menjawab dan saya tahu pertanyaan semacam ini akan sering terdengar. Setelah itu saya mengahkiri aktivitas dan melanjutkan dikeesokan harinya.
Hari berikutnya tidak seberat kemarin karena sisa detail-detail kecil. Untuk sketsa pertama ini saya menggunakan pensil biasa karena masih takut salah. Kemudian, diperjelas dengan pulpen gambar, dan terakhir diarsir dengan pensil yang memiliki ketebalan berbeda. Bisa juga menggunakan satu jenis pensil biasa tetapi untuk objek yang lebih dekat dipertebal dibandingkan objek yang jauh. Oh iya, yang saya sukai saat menjadikan pohon glodokan tiang ini menjadi objek adalah bentuknya yang piramida simetris sangat mempermudah untuk menggambar, daunnya pun juga unik jatuhnya. Letak kesulitan objek ini adalah menggambar sesuai sudut pandangan saya yang melihatnya indah. Jadi, harus berdiri tepat seperti yang saya lihat. Belum lagi banyaknya mahasiswa yang saya kenal mondar-mandir seakan mental saya jadi ciut.
Menshow up skill di depan orang tidaklah mudah, ada stigma yang terbangun dalam diri bahwa gambar ini tidak bagus. Setelah saya mencoba menyingkirkan hal itu, apa yang saya lakukan tidaklah berbeda dengan siswa yang tidak takut jawaban dari pertanyaan gurunya salah. Ataupun seorang anak yang baru belajar berdoa mengeraskan suara tanpa peduli ada lafadz yang salah. Bukan benar atau salah, bagus atau tidak, tapi berani melakukan itu yang di ingat.
Comments
Post a Comment