Melihat Bintang Jatuh
Mengamati Fenomena Hujan Meteor & Milky Way - 13/08/2016 |
Seorang teman mengajak saya mengikuti kegiatan komunitasnya tiga hari dua malam di Malino. Dimana Malino merupakan salah satu daratan tinggi yang sangat dingin di Sulawesi Selatan. Komunitas teman saya ini adalah Astronom Amatir Makassar (AAM) yaitu sebuah wadah yang menghimpun para pecinta astronomi di Kota Makassar. Kegiatan dari komunitas ini salah satunya adalah mengamati hujan meteor perseids dan milky way. Fenomena ini dapat dinikmati pada tanggal 12 hingga 14 agustus 2016. Ada syarat dan ketentuan agar kita bisa melihat jelas kejadian alam ini. Pertama, harus di wilayah yang kurang pencahayaannya karena itu AAM memilih Malino tepatnya di tanah lapang yang luas sebagai lokasi observasi. Kedua, observasi dilakukan sekitar pukul 02.00 hingga 04.00 dini hari. Jadi kita tidak boleh ribut agar penduduk setempat tidak terganggu dengan kegiatan ini. Dan ketiga, harus gunakan baju yang tebal karena suhu sangat dingin, "stay on" jangan sampai kita malah tertidur saat hujan meteornya terjadi.
Sebelum ke lokasi kita dapat pemaparan mengenai hujan meteor perseids dan milky way. Walau sedikit menyerempet ke penjelasan black hole namun gak rugilah mendapat ilmu lebih banyak. Kita juga sempat mengamati bulan menggunakan teropong bintang sekaligus mengamati awan apakah akan mendung saat observasi nanti. Dan Alhamdulillah, semua kegiatan ini lancar. Saya sangat puas melihat bintang-bintang pada berjatuhan dengan indahnya. Walau sebenarnya yang jatuh itu bukan bintang melainkan asteroid yang terseret masuk ke bumi, kemudian hangus terbakar sebelum menyentuh ke daratan. Tetap saja, lebih asyik menyebutnya bintang jatuh karena berasal dari langit malam.
Seperti pada gambar, seperti itulah cara kami saat observasi. Jadi, tidak melihat pada satu titik karena bintang berjatuhan di segala arah dan menuju arah yang berbeda-beda pula. Disinilah salah satu keunggulan dokumentasi sketsa dibandingkan photografi, dimana kita sulit berfoto kalau pencahayaan kurang sementara observasi harus gelap. Sedangkan sketsa dapat dilakukan walau pencahayaan sedikit, melekat kuat dalam ingatan para sketcher, dan bisa dituangkan ke dalam bentuk gambar kapan pun.
Observasi ini tidak menggunakan alat bantu teropong, mata bebas melihat langsung ke langit menikmati fenomena alam dari sang pencipta. Bahkan benda langit pun memiliki siklus yang telah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Comments
Post a Comment